2.1. Wawancara terstruktur


Ketika mencari informasi tentang seseorang, insting pemburu beritamu mungkin berharap mendapatkan informasi terbaik, biasanya kisah terburuk mengenai orang itu. Tapi yang sebenarnya Anda butuhkan adalah fakta. Bagaimana caramu ‘memahami’ sesama manusia? Anda bisa mulai dari aset yang mereka miliki, kemudian dalami latar belakang pribadinya. Bicara dengan orang yang kenal atau pernah bekerja sama dengan orang itu. Bagaimana mereka mendeskripsikan dia? Berbekal bukti semacam ini, Anda mungkin akan mulai ragu apakah bisa membuat berita utama yang menggemparkan. Tapi berhati-hatilah terhadap ‘para petinggi yang berada pada lingkaran kekuasaan’ —jangan serta-merta mempercayai setiap referensi yang Anda peroleh.

Wawancara terstruktur bukan hanya berarti berbicara dengan orang menggunakan gaya wawancara jurnalistik, walaupun Anda akan tetap melakukan pembicaraan seperti itu juga. Tapi Anda harus bisa menyusun sebuah langkah yang sistematis untuk membangun basis data dan statistikmu sendiri dari pengalaman atau kesaksian orang-orang. Anda perlu menggunakan wawancara terstruktur yakni menanyakan pertanyaan yang sama kepada semua narasumber (walau pun Anda juga perlu menambahkan pertanyaan-pertanyaan ekstra kalau ada hal baru yang muncul saat pembicaraan berlangsung). Karena tidak ada bukti tertulis yang bisa Anda gunakan sebagai pembanding atas pernyataan verbal si narasumber, maka sangat penting untuk mengumpulkan informasi yang bersifat kuantitatif dari wawancara. Wawancara terstruktur memungkinkan Anda melakukan survei kecil. Cara kerjanya sebagai berikut:

(1) Susun sebuah daftar pertanyaan yang komprehensif untuk mendapatkan fakta-fakta kualitatif. Contoh, tanyakan apakah si narasumber dapat mengingat kapan suatu kejadian pertama kali terjadi. Dengan begituAnda dapat mengetahui kapan suatu masalah berawal (misalnya, pemerkosaan atau kekerasaan seksual oleh orang tidak dikenal, gagal panen, kerusakan jalan, kasus orang hilang), kemungkinan penyebabnya (misalnya, orang-orang mungkin akan berkata ‘Itu terjadi ketika X juga terjadi’), dan keterangan lainnya (‘Kami memutuskan untuk pindah ke kota X’).

(2) Tanyakan serangkaian pertanyaan yang sama kepada semua narasumber.

(3) Tanyakan pertanyaan-pertanyaan itu dengan tepat, cari detail yang konkret dan catat jawaban-jawabannya secara akurat. Ini jenis wawancara di mana pertanyaan tertutup berguna untuk mendapatkan jawaban yang pasti, walaupun Anda juga perlu mencari jawaban yang lebih ekspresif dan berarti. Jika digabungkan, jawaban-jawaban tersebut bisa digunakan untuk membangun basis datamu sendiri.