2.1. Peraturan dasar melakukan wawancara


Peraturan 1:Hadir tepat waktu
Kalau datang terlambat, Anda membuat narasumbermu tidak nyaman. Anda juga akan kehilangan waktu, membuang waktu untuk meminta maaf dan mungkin kehabisan napas pada saat-saat awal wawancara, dan tidak fokus.

Peraturan 2: Berpakaian yang pantas
Meskipun aturan berpakaian sudah lebih santai dari pada dulu, jangan sampai Anda membuat narasumbermu merasa canggungsejak kesan pertama. Berpakaianlah dengan cara yang sesuai dengan konteksnya, tunjukkan rasa hormat yang sepantasnya,dfan bersikap netral supaya tidak ada gambaran seperti apa gaya hidup atau pandanganmu.

Peraturan 3: Tentukan di mana Anda duduk
Bila perlu, gunakan perangkat rekamanmu sebagai alasan (misalnya, ‘Suaranya akan lebih jelas dari sini…’). Anda butuh posisi di mana Anda bisa menjaga kontak mata, namun duduk saling berhadapan dapat terasa seperti amat konfrontatif. Sebaiknya, duduk berlawanan, tapi sedikit menyamping dari narasumbermu. Hindari penghalang di antara kalian, seperti tumpukan buku atau laptop yang terbuka. Sofa yang empuk menyulitkan untuk menulis dan terlalu mudah membuat rileks.

Peraturan 4: Pertahankan kontak mata secukupnya
Anda akanselalu mengalami bercakap yang lebih baik dengan seseorang jika bisa melihat ekspresi wajahnya. Ini mungkin sulit bilaAnda tengah mencatat, tapi ingatlah untuk selalu melakukannya saat mengajukan pertanyaan. Seandainya hanya membaca dari daftar pertanyaan, narasumbermu akan menduga bahwa Anda belum pernah melakukan wawancara, tidak percaya diri, atau tidak benar-benar memperhatikan apa yang dikatakannya.Hal itu bisa dianggap tidaksopan dan berkontribusi pada kesediaan mereka untuk terlibat.

Peraturan 5: Perhatikan bahasa tubuh
Sadari bahasa tubuhmu sendiri dan dia. Gestur dan postur yang defensif dapat menandakan sinyal mengelak dan merupakan petunjuk bagus untuk lebih memaksakan pertanyaanmu. Perhatikan juga tanda apakah narasumber terlihat sakit hati, lega, terhibur, marah atau bosan saatberbicara.

Peraturan 6: Onthe recordatau off the record
On the record berarti Anda dapat menggunakan semua informasi yang disampaikan oleh si narasumber. Sedangkan Off the record berarti informasi dari narasumber tetap dapat digunakan namun tanpa mengungkapkan sumbernya. Akan tetapi jika narasumber meminta informasi yang diberikan hanya sebagai ‘latar belakang’ makaAnda tidak bisa menggunakannya sama sekali. Kesepakatan on the record atau off the recordini tidak mengikat secara hukum. Tapi ini adalah tata krama umum antara wartawan dengan narasumbernya. Konfirmasike narasumbermu apakah wawancara dilakukan on the record atau off the recorddan perkiraan waktunya. Pastikan narasuber setuju Anda menerbitkan informasi sensitif. Kalau wawancaranya tidak resmi, pilihlah saat yang tepat untuk mengeluarkan buku catatan atau alat perekammu dan tanyakan, ‘Apakah Anda keberatan jika saya merekam atau mencatat diskusi kita?’. Seandainya wawancara itu formal, mulailah dengan cepat dan manfaatkan waktumusecara efisien. Ketahui bahwa mencatat atau merekam bisa mengintimidasi narasumber tertentu. Jangan sembunyikan alat perekammu, tapi cobalah menulis atau merekam secara tidak monoton, dan jelaskan ‘ini akan membantu saya mendapatkan jawaban Anda dengan benar’, jika mereka tampak gugup atau menanyakan hal itu.

Peraturan 7: Selalu buat catatan
Mencatat membuatmu tetap fokus dan memberimu ruang untuk merekam gestur narasumber, keadaan sekitar dan ekspresi yang tidak tertangkap alat perekam. Ini juga sebagai cadangan bila alat perekam Anda bermasalah. Catat seakurat mungkin dan bedakan antara kutipan dengan hasil observasi dan analisamu sendiri.

Perturan 8: Ajukan pertanyaan yang netral dan terbuka
Cobalah mencontoh seorang psikolog. Hindari pertanyaan yang bisa mengungkapkan bagaimana perasaanmu tentang jawabannya. Jangan bertanya seperti,‘Bukankah ini penyalahgunaan kekuasaan yang sangat buruk?’. Sebaliknya bertanyalah,‘Bagaimana perasaan Anda menggunakan kekuasaan dengan cara seperti ini?’. Anda mungkin mencari cara untuk memahami motivasi narasumbermu, tapi langsung menggunakan kata ‘Mengapa?’ bisa terlihat sebagai tuduhan atau ketidakpercayaan. Jadi tanyakan ‘Mengapa’ secara tidak langsung. Alih-alih,‘Mengapa laporan media membuat Anda marah?’ tanyakan, ‘Anda mengatakan bahwa laporan media itu membuat Anda marah. Ceritakan lebih banyak tentang itu.’

Peraturan 9: Diam bukanlah hal yang buruk
Biarkan narasumber menjawab pertanyaanmu. Berikan dia jeda sebelum Anda melanjutkan ke pertanyaan berikut. Anda tidak perlu mengisi celah dalam percakapan. Kalau orang yang diwawancara membutuhkan waktu untuk memikirkan jawaban, biarkan mereka memikirkannya; Jika mereka butuh waktu untuk memulihkan emosinya, tunggulah sebentar sebelum bertanya, ‘Bisakah kita lanjutkan?’.

Peraturan 10 : Tunjukkan bahwa Anda tertarik, tertariklah
Selama wawancara berlangsung, Anda mesti senantiasa berinteraksi dengan informasi yang Anda dengar; tulis tanggapanmu dalam catatan dan gunakan itu untuk mengajukan pertanyaan tambahan. Tanyakan pada dirimu sendiri: Apakah ini jawaban yang saya inginkan? Apakah saya mengerti tentang ini? Bagaimana saya harus memanfaatkannya?.Jangan tunggu sampai wawancara selesai, karena mungkin akan sulit mendapatkan kesempatan untuk kedua kalinya. Bila Anda sudah melakukan riset namun narasumbermu tidak memberikan apa yang Anda harapkan, jangan panik, menyerah atau mengganti topik —- lanjutkan pertanyaanmu. Tanggapilah perspektif baru mereka dan tanyakan kelanjutannya. Jangan mencoba dan memaksa narasumber masuk ke dalam sebuah narasi yang telah terbentuk sebelumnya. Hal yang mengejutkan bisa jadi membuat tulisanmu lebih menarik pada akhirnya. Jika tidak, Anda dapat kembali ke tema awalmu. Jangan bersikap agresif pada narasumbermu, bahkan jika wawancaranya tidak berjalan sebaik yang Anda harapkan atau narasumbermu bersikap kasar.

Peraturan 11: Hargai waktu
Perhatikanlah jam, sampaikan pertanyaanmu dan saat waktu yang disepakati hampir habis, tanyakan,‘Apakah kita punya kesempatan untuk beberapa pertanyaan lagi?’. Saat selesai wawancara, konfirmasikan kepada narasumbermu apa yang akan terjadi selanjutnya. ‘Beritanya akan diterbitkan pada hari Kamis’. Tapi jangan membuat janji yang tidak bisa Anda tepati, seperti mengizinkan mereka melihat naskahberitamu sebelum dipublikasikan.

Peraturan 12: Beritakan apa adanya

Jurnalis yang baik akan menggunakan materi dari narasumber dengan jujur. Anda tidak boleh berbohong tentang apa yang dikatakan narasumber selama wawancara. Anda juga tidak boleh mengubah pertanyaan atau jawaban setelah wawancara selesai dengan mengambil kutipan di luar konteks. Berhati-hatilah saat Anda memindahkan jawaban dari rentetan hasil wawancara asli. Sangat mudah untuk memutarbalikkan fakta secara tidak sengaja melalui penjajaran yang sembrono. Sampaikan ceritamu dan sertakan tanggapan dari mereka yang Anda singgung dalam berita. Audiensmu cerdas; mereka akan tahu yang sebenarnya.